Seni Rupa: Analisis Formal Indian 2008
Table of Contents
PENDAHULUAN
Pameran yang digelar oleh para seniman
muda dari mahasiswa Seni dan Desain Univesitas Negeri Malang pada tanggal 24-27
November 2008, dianjungan Ken-Arok Perpustakaan Kota malang merupakan pameran
yang perlu mendapat apresiasi positif dari berbagai pihak seperti pemerhati
seni maupun berbagai kalangan budayawan termasuk pula di dalamnya kalangan
akademisi yang tak terkecuali para mahasiswa seni rupa Universitas Negeri
Malang.
Sehubungan dengan digelarnya pameran
tersebut, maka segenap mahasiswa Seni rupa angkatan 2006 yang mendapat mata
kuliah tinjauan seni rupa mendapat tugas untuk melakukan apresiasi terhadap
karya- karya yang dipamerkan dalam pameran tersebut. Berikut adalah hasil
apresiasi yang dilakukan terhadap karya seni rupa yang dipamerkan dalam pameran
“November Art”
Sebelum analisis ini dibuat penulis
memiliki pemahaman bahwa setiap karya seni rupa yang telah dipamerkan berarti
telah memberi rasa kepuasan tersendiri bagi senimanya yang mengandung maksud
bahwa karya tersebut adalah sangat baik bagi si seniman. Oleh karena itu,
selaku penulis yang tidak membuat karya tersebut merasa sangat tidak etis jika
memberi kesimpulan karya tersebut kurang atau baik. Adapun anggapan karya
tersebut kurang atau baik itu adalah pandangan dengan sebelah mata saja, apakah
pandangan dari visualnya saja? Atau pandangan dari egonya saja?. Penulis hanya
dapat berapresiasi sesuai dengan pandangan dan pengalaman yang penulis miliki
terkait analisis karya.
Sebagaimana yang tertulis dalam buku filsaafat
seni karangan jakob Sumardjo bahwa karya seni jika sudah dipamerkan berarti
karya itu bukan semata-mata milik idealisme si seniman tetapi milik semua
kalangan yang melihatnya. Oleh karenanya penulis memiliki ruang untuk
menganalis karya ini tanpa mengurangi rasa hormat dan kagum akan karya ini.
Inilah hasil analisis penulis semoga dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
ANALISIS
Analisis yang digunakan untuk
mengapresiasi ini menggunakan model Feldman yang penekanan penelitiannya
menekankan pada penelitian formalistik dengan 4 tahap utama dalam menganalisis
Karya yaitu tahap diskripsi, analisis formal, interpretasi, dan evaluasi.
Diskripsi Karya
Pada bagian ini akan diutarakan terkait
hal-hal yang bersifat umum yang terlihat oleh indra terutama mata,atau kajian
dari sisi visual.
> Seniman : Linggar B.A
> Judul : Indian
> Media : Pencil On Paper
> Tahun : 2008
Karya ini terdiri dari 1 objek utama dan
blank colour sebagai background objek. Objek Utama yang digunakan adalah
seorang Indian, atribut yang digunakan berupa bulu, dan beberapa gelang yang
melingkar di leher. Objek dicrop sedemikian Rupa hingga fokus pandang terletak
pada mimik wajah dengan karakter sebagaimana orang tua.
Objek Utama dibuat dengan pose menghadap
ke arah atas Kanan, tatapan mata objek terbuka tajam, mimik mulut tertutup
rapat. Objek Utama diletakkan di sebelah kiri dengan memanfaatkan center focus.
Arsiran dibuat dengan teknik silang rapat
halus yang mengikuti tekstur wajah dan intensitas cahaya yang masuk pada objek(
shade) tanpa penggunaan dussel.
Pencahayaan datang dari arah atas kanan
dengan intensitas sedang, terlihat dari pantulan cahaya dari wajah objek yang
masih banyak unsur hitamnya.
Sehubungan dengan pensil sebagai media
lukisnya maka warna yang muncul dikarya otomatis merupakan degradasi warna dari
hitam ke putih.
Analisis Formal.
Pada bagian ini akan diutarakan secara
lebih dalam terkait unsur visual yang ditonjolkan dalam” Indian”
objek Indian dipilih sebagai objek utama
oleh Linggar, sebuah objek yang kental akan atribut-atribut dari alam seperti
bulu kalkun, tato, anting, “tindikan” dan gelang. Sebagai objek utama figur
Indian jika dilukis dengan media pensil akan mengalami kesulitan terberat dalam
pembuatan mimik wajah dan membuat karakter bulu yang notabene masing-masing
bulu memiliki warna dan bentuk yang berbeda.
Dalam Karya atribut seperti gelang leher
tidak ditonjolkan secara khusus oleh seniman, adapun yang ditonjokan adalah
bagian mimik wajah dan karakter bulu yang menggantung di kanan dan kiri wajah.
Secara objek gambar wajah dan bulu adalah unsur emphasysnya tapi secara warna,
penerapan gelap terang yang harmonis merupakan unsur emphasysnya.
Wajah oleh seniman dibuat dengan karakter
kuat seorang laki-laki Indian berpawakan tua tapi masih menunjukkan sifat
ketegasan dan kekekaran. pemanfaatan teknik arsir yang halus semakin memperkuat
kesan tersebut.
Pose objek yang menghadap ke atas dengan
tatapan yang tajam seakan memberi kesan ada sesuatu di atas sana yang sengaja
oleh seniman dimayakan.
Dalam penataan komposisi yang dalam hal
ini adalah penataan ruangnya, karya ini cukup sederhana yaitu hanya menggunakan
satu objek utama dan objek kosong, perbandingan kedua 3:2. penggunaan 75% Paper
untuk objek Utama secara ekplisit menunjukkan bahwa karya ini memanfaatkan
dengan bijak ruang yang ada tidak boros juga tidak memaksa, sehingga kesan yang
muncul ketika melihat karya ini tentu saja langsung tertuju pada objek utama
tanpa ada alur penglihatan karya.
lighting( pencahayaan) dioptimalkan untuk
memperjelas karakter wajah saja, untuk karakter atribut seakan dikaburkan
tetapi tetap kelihatan bahwa itu adalah atribut seorang Indian. Penonjolan
unsur lighting ini semakin menguatkan dalil di atas yang mengatakan bahwa objek
utama adalah mimik wajahnya.
Pensil sebagai media yang digunakan
memiliki konsekuensi lama dalam pembuatan dan pemberian kesan klasik pada
karya. Kesan klasik pada karya ini sinkron dengan objek dengan dipilih,
sehingga kecocokan ini memberikan nuansa yang kuat tentang konsep seniman yang
ditorehkan dalam karya ini.
Interpretasi
Pada tahap ini akan diutarakan terkait
olah intelektual dari karya “Indian” yang berusaha menggali beberapa
kemungkinan maksud yang mungkin dari karya ini.
Indian sebagai objek utama karya merupakan
sosok manusia yang kental dengan hidupnya di alam, makan dari hasil berburu,
pandai berperang, memiliki ketrampilan membuat kerajinan tangan seperti gelang,
dan anting, dan menggunakan bahasa isyarat dalam kehidupan sehari -hari.
Suku Indian merupakan pemukim pertama di
Amerika Utara datang darin Asia sejak 20.000 tahun
lalu.(http://id.wikipedia.org/wiki/Indian-3 desember 2008)
pemilihan objek orang Indian mengandung
konteks yang nyata akan kehidupan yang serba mandiri, yaitu kehidupan tanpa
teknologi muktahir, kehidupan serba tradisional.
Diskripsi karya yang notabene fokus pada
mimik wajah dan karakter tokoh indian mengindikasikan bahwa seniman ingin
bercerita tentang Indian dalam kehidupan modern sekarang ini. Bahkan Linggar,
seniman karya ini seakan tidak hanya ingin bercerita kosong saja tentang
indian, Lionggar seakan ingin menghadirkan Nilai-nilai yang diusung oleh suku
Indian dalam kehidupan yang serba “mudah” pada zaman ini.
Nilai apakah yang hendak dihadirkan
Linggar melalui karya ini? Pertanyaan ini mampu dijawab secara gamblang dan
mantap oleh Linggar sendiri, tapi bolehlah penulis mengintervensi secara
semiotik nilai-nilai tersebut.Yang jelas Nilai-nilai dalam karya tersebut dapat
ditarik dari kehidupan duku Indian itu sendiri. Suku Indian sebagai suku
penghuni alam dituntut untuk selalu aktif menjaga dan memanfaatkan alam. Tanpa
itu semua suku Indian bakal musnah dilalap alam. Sehingga suku Indian harus
mampu berburu dan meramu makanan yang berasal murni dari alam untuk hidup
sehari-hari.
Selain itu semua suku Indian harus menjaga
wilayah teritorialnya dari berbagai ancaman dari suku lainnya. Hal inilah yang
membuat suku Indian ahli dalam membuat senjata perang dan ahli dalam membuat
strategi perang, meskipun tidak disejajarkan dengan senjata dan strategi perang
pada masa sekarang, tapi dalam lingkup mereka itulah yang terbaik.
Jika hal-hal tersebut dianalogikan dengan
kehidupan sekarang ini, lebih-lebih kehidupan mahasiswa. Mahasiswa sebagai
insan yang belajar rata-rata rela meninggalkan daerah asalnya untuk menuntut
ilmu, tak jarang ada yang dari Jakarta datang ke Malang untuk Kuliah dan begitu
sebaliknya. Sayangnya kegiatan berlajar mereka masih dibiayai oleh orang tua,
entah 100% atau 80% antarMahasiswa berbeda, tapi yang jelas campur tangan orang
tua masih kuat. Oleh karena itu Mahasiswa ditinjau dari segi finansial
tergolong dalam strata yang belum mandiri.
Linggar sebagai seorang Mahasiswa dengan
karyanya ini seakan berkata kapan kita akan mandiri sebagaimana layaknya “Orang
Indian”dalam menyongsong kehidupan yang panjang di depan. Mahasiswa tidak hanya
belajar akan ilmu sebagaimana fak. Yang dipilih tetapi mahasiswa harus belajar
pula cara hidup yang lebih bijak dan mandiri. Sehingga ketika lulus nanti tidak
hanya membawa gelar sarjana, tetapi juga soft skill untuk menghadapi persaingan
hidup. Itulah yang tersirat dalam objek orang indian yang menengadah ke atas
kanan di bawah cahaya. Cahaya sebagai simbol harapan dan kehidupan masa depan
yang semoga cerah, dan tatapan mata yang tajam menunjukkan nilai keseriusan
dalam berusaha menggapai hal tersebut.
Evaluasi
meskipun karya ini sederhana yaitu hanya
menggunakan satu objek sebagai bagian vital, tetapi dengan pemilihan objek yang
tepat( indian) mengkaburkan kesan kesederahaan itu karena kedalaman pesan yang
terkandung disana.
Karya ini layak mendapat apresiasi yang
tinggi.
Post a Comment