Cerita ketika tiba di Tiban-Tuban
Table of Contents
3,5 jam lamanya
menginjak di tanah kerajaan Tiban. Hal ini berlangsung tepat pada tanggal 1
januari 2013, tahun baru tentunya. Sebelum lebih jauh berbicara tentang 3,5
jam, saya kupas terlebih dahulu kata Tiban- kata ini dalam bahasa Jawa yang
artinya jatuh, atau kejatuhan. Karena pengucapan Tiban terlalu berat/sulit
diucapkan dalam kondisi mendesak akhirnya bergeser menjadi Tuban dengan makna
Tiban. Hal ini senada dengan Srengat yang bermakna Syari’at.
![]() |
Siapa yang Foto???? |
3,5 jam dimulai
pukul 12.15 WIB di pelataran parkiran Sunan Bonang, terjejer rapi becak
Stereo(becak fuol Musik) yang mematok harga 6.000 sekali jalan untuk Mac tiga
penumpang, harga ini naik 1.000 sebelum November 2012. Berjalan mengitari
serentetan becak, hati bicara.’ Naiklah! Hitung-hitung istirahat sambil shodaqoh,
mereka membutuhkan uang’. Suara ini saya abaikan, tetap saya langkahkan kaki
sendirian diantara ratusan orang berjajar di pinggir jalan menjajakan pengisi
usus menuju anus dan dubur. Saya terus berjalan menuju utara, kira-kira 100m
sebelum perempatan Bravo, handphone berkedip tanda ada Calling, saya lihat
sejenak belum sempat diangkat, mati. Saya smes, call lagi saya angkat,
muncullah dialog sekitar 2 menit yang isinya menanyakan koordinat saya, dan
membuat kesepakatan dengan saya untuk melakukan transaksi.
Call saya tutup,
perjalanan berlanjut hingga tiba di sisi selatan Alun-Alun Tuban, terkejutnya
sangat ramai, baik pengunjungnya, Stand Jajanan, dan kendaraan yang
bersenggolan memenuhi pelataran jalan. Sambil berjalan beliak-liuk menghindari
keruelan orang dan kendaraan terpaku arah untuk bersinggah di seungguk bangunan
megah di sebelah barat Alun-Alun, bangunan itu tak lain adalah masjid Agung
Tuban. Sejenak berhenti memandangi kemegahannya, saya putar kepala menghadap ke
timur, di sana nampak proses pembangunan gedung mirip dengan masjid, bila itu
masjid maka sangat absurd. Bayangkan masak timur dan barat Alun-alun masjid
yang sama Agungnya?
Berhenti memikirkan
bangunan yang bercongkol di Timur Alun-Alun, saya berjalan memasuki area wudlu masjid
di sebelah kanan Masjid. Memutar kran air Wudlu ke arah Kiri sesuai dengan
tulisan yang ditempel berulang kali di tembok. Mulai melakukan ritual wudlu,
sangat segar karena jujur tidak tahu kenapa hari ini Tuban sangat Sumuk-panas. Berjalan
ke atas tangga menuju area masjid yang sesungguhnya. Selama berjalan di tangga,
muncul dalam pikiran untuk terus membenahi diri untuk menjadi insan yang
berpangkat mulia di mata Allah, tidak sekedar di mata manusia apalagi hewan.
----------
censored-------lagi sholat------
Setelah sholat,
kaki melangkah menuju makam Sunan Bonang, Inge-time sejenak di sebelah utara
Mushola makam, menanti waktu transaksi datang. Tak lama pun tiba, dengan
perawakan yang serba biru langit, mulai taplaknya, jubahnya, jam tangannya
semua senada. Untungnya kesenadaan ini membuatnya semakin takjub kegirangan
dengan terbungkam karena ketidakmampuan diri. Selama kurang lebih 2,5 jam kegirangan
itu terus bergejolak meski tetap terbungkam. Cerita ini akan saya lanjutkan
nanti-khusus bagian 2,5 jam.
Post a Comment